Radi The Eksplorer

Tana Toraja - Lemo

Radi The Explorer

Enrekang - Pemakamanan di Tebing Tontonan

Radi The Explorer

Pinrang - Pemandian Air Panas Lemo Susu

Radi The Explorer

Makassar - Fort Rotterdam

Radi The Explorer

Makassar - Pulau Kodingareng Keke

Sabtu, 30 Mei 2015

SULAWESI SELATAN - LUWU UTARA

PERMANDIAN ALAM TAMBOKE


Hi guys... Sekarang saya akan menuliskan pengalaman saya ketika berkunjung ke Masamba, Luwu Utara... Skali lagi, kebanyakan tempat wisata di Luwu Utara ini merupakan tempat permandian... Salah satunya, di Desa Tamboke, Kecamatan Sukamaju...
Di kabupaten Luwu Utara terdapat beberapa sungai utama yang berfungsi sebagai catchment area. Selain itu, salah satu kelebihan dari sistem sungai-sungai di kabupaten ini adalah keadaan airnya yang masih jernih dan alami sehingga berpotensi tinggi dijadikan sebagai tempat rekreasi.
Pemandian Alam Tamboke adalah salah satunya. Pemandian alam ini berlokasi di sebuah desa yang bernama Tamboke, nama pemandian alam ini memang diambil dari nama desa lokasi dimana pemandian alam ini berada.
Pemandian Alam Tamboke dikenal dengan sungai dan pemandian di sekitar bendungan. Tetapi biasanya masyarakat lebih memilih untuk ke hulu sungai melakukan rekreasi dan juga mengolah bahan makanan di tepi sungai. Pengunjung yang banyak melakukan aktivitas mengolah makanan di tepi sungai ini adalah daya tarik tersendiri bagi Pemandian Alam Tamboke. Jadi pengunjung dapat menikmati kesegaran mandi di alam, setelah itu memanjakan perut sekaligus.
Nah, buat kamu nih, masyarakat Masamba khususnya, ini adalah salah satu tempat permandian yang recommended loh... Lumayan, airnya dingin brayyyy...

Senin, 25 Mei 2015

SULAWESI SELATAN - LUWU UTARA

PERMANDIAN ALAM MELI


Berkeliling di Masamba, tak lengkap rasanya jika tidak mengunjungi tempat permandian... Maklumlah, ternyata rata-rata destinasi di Luwu Utara ini kebanyakan tempat permandian guys... Mungkin karena orang Masamba suka mandi kali ya... hehehe
Objek wisata alam sungai meli, adalah salah satu bukti nyata betapa banyaknya potensi sumber daya alam. Ditunjang dengan prasarana akses jalan aspal, kolam renang serta tempat peristrahatan atau villa, yang dibagun oleh pemerintah Kabupaten Luwu Utara, tentunya memudahkan dan memanjakan pengunjung untuk menjadikan permandian alam sungai meli sebagai pilihan tempat berakhir pekan yang nyaman.
Mata kita serasa dimanjakan dengan indahnya panorama alam, saat pengunjung menelusuri akses jalan dari pertigaan jalur poros trans Sulawesi di Desa Radda, hingga tiba di lokasi villa dan kolam renang sungai. Jarak tempuh ke lokasi ini sekitar 10 km dari Masamba, ibu kota Kabupaten Luwu Utara, atau berjarak sekitar 430 km arah utara Kota Makassar.
Jika kamu ingin berakhir pekan bersama keluarga, objek wisata permandian alam Sungai Meli, adalah pilihan tepat untuk melepas kepenatan, sambil bercengkerama dengan indahnya panorama alam...

SULAWESI SELATAN - LUWU UTARA

KOMPLEKS MAKAM DATOK PATTIMANG DAN PETTA PAO


Ini adalah perjalanan yang sungguh melelahkan menuju Luwu Utara... Perjalanan dari Makassar ke Masamba sangat jauh guys... Belum lagi, ban dalam saya sempat bocor di jalan menuju Kota Palopo, di daerah pegunungan pula... Untung gak sampai jatuh ke jurang guys gara-gara ban bocor, hufffttt
Namun, sekali lagi... Dengan modal nekad, saya harus tetap sampai di Masamba, apapun yang terjadi... Dan, alhamdulillah, saya pun menginjakkan kaki di kota ini... Kalau dipikir-pikir, sepertinya hanya saya seorang saja yang mau melakukan perjalanan sejauh ini, hahahaha...
Tentunya, karena sudah sampai di Masamba, saya pun harus mengunjungi tempat-tempat menarik di sini... Salah satunya adalah makam orang-orang penting Masamba jaman dulu... Siapa saja mereka? Yuk disimak...
Datuk Patimang yang bernama asli Datuk Sulaiman dan bergelar Khatib Sulung adalah seorang ulama dari Koto Tangah, Minangkabau yang menyebarkan agama Islam ke Kerajaan Luwu, Sulawesi sejak kedatangannya pada tahun 1593 atau penghujung abad ke-16 hingga akhir hayatnya. Dia bersama dua orang saudaranya yang juga ulama, yaitu Datuk ri Bandang yang bernama asli Abdul Makmur dengan gelar Khatib Tunggal dan Datuk ri Tiro yang bernama asli Nurdin Ariyani dengan gelar Khatib Bungsu menyebarkan agama Islam ke kerajaan-kerajaan yang ada di Sulawesi Selatan pada masa itu.
Kalau makam yang satunya lagi, Petta Pao, adalah makam orang penting juga nih guys... Namun, makamnya tidak terlalu diziarahi, yang tersering itu di Kompleks Makam Datok Pattimang... Meskipun begitu, makam Petta Pao masih terawat dengan baik...
Kompleks Makam Datok Pattimang dan Petta Pao ini berada di dua Kecamatan dalam lingkup Kabupaten Luwu Utara yakni makam Datok Pattimang berada di Kecamatan Malangke, tepatnya di Desa Pattimang, yang jaraknya 40 km dari Masamba, Ibukota Kabupaten Luwu Utara dan Makam Petta Pao berada di Kecamatan Malangke Barat di Desa Pao yang jaraknya 47 km dari Masamba Ibukota Kabupaten Luwu Utara (jarak 11 km dari Makam Datok Pattimang.
Satu hal yang baru saya sadari, mengapa Sulawesi Selatan terpengaruh dengan kata "Datuk"... Ternyata istilah ini berasal dari Minangkabau, dibawa oleh para pendakwah ini... hmmmm

Rabu, 20 Mei 2015

SULAWESI SELATAN - LUWU UTARA

AIR TERJUN SARAMBU ALLA


Melakukan perjalanan yang sungguh jauh, tidak sempat terpikirkan sebelumnya... Luwu Utara sendiri adalah kabupaten yang ingin saya kunjungi... Dengan modal nekad, dan uang 600ribu, saya pun berangkat menuju Luwu Utara, sendiri... Tak tahu kenapa, saya sangat ingin menginjakkan kaki di Bumi Batara Guru ini... Sungguh sesuatu yang sangat menantang untuk saya... hmmmm
Pagi itu saya pun bersiap-siap untuk berangkat ke Masamba tepat pukul 6 tenggg.... Berkendara motor sendiri menjadi pilihan terakhir, saking penasarannya dengan Luwu Utara...
Kembali lagi saya harus mengulang perjalanan yang sama seperti kala pergi ke Palopo... Capek sih, tapi kalau sudah diniatkan, insya Allah akan tercapai kok... Maros, Pangkep, Barru, Pare-pare, Sidrap, Enrekang, Toraja, dan akhirnya Palopo...
Dan alhamdulillah, saya sampai di Kota Masamba pukul 4 sore... Saya pun mencari penginapan, dan syukurnya langsung dapat yang murah, 50ribu per hari @ Penginapan Sarinah... Lebih murah dari Selayar eeuuyyyy...
Dan tibalah waktunya saya berpetualang di kabupaten ini, dengan destinasi pertama, Air Terjun Sarambu Alla di Desa Kalotok, Kecamatan Sabbang, Kabupaten Luwu Utara...
This is Sarambu Alla waterfall... Amazing guys!!!
Ternyata, air terjun ini terletak jauh dari jalan poros... Sudah sempat tanya sana-sini sama warga, walaupun pertamanya ragu sudah bener gak yah jalannya? hahahaha
Pertama, jalannya mulussss sekali... Pas diujung-ujung, eh berbatu deh... Terus2 lagi, eh malah jadi jalanan tanah dan buntu... Kepaksa deh jalan kaki menuju air terjun... Walaupun saya tidak tahu persis sumber air terjunnya dimana guys, tapi tetep aja jalan terus... hahahaha
Setelah berjalan jauh, akhirnya saya menemukan sumber air terjunnya... Alhamdulillah, ada kepuasan tersendiri ketika bertemu air terjun ini...
Sebenarnya agak horror juga guys, mengingat saya hanya sendiri di tempat ini... Belum ada orang lain lagi nih... huhuhu
Tapi tetap dengan modal nekad yang harus dimiliki, air terjun inipun harus saya datangi walaupun dengan berbagai macam rintangan yang saya hadapi.. So, buat yang suka tantangan, air terjun ini salah satunya yang wajib kamu datangi... ^_~

Senin, 18 Mei 2015

SULAWESI SELATAN - KEP. SELAYAR

PANTAI BALOIYA


Yah, masih di Kabupaten Kepulauan Selayar... Kali ini saya akan membahas mengenai destinasi wisata yang ketiga, yaitu Pantai Baloiya... Seperti apa keseruannya? Silakan membaca ulasan berikut...
Pantai Baloiya adalah salah satu obyek wisata alam kepulauan selayar yang terletak di Desa Patikarya, Kecamatan Bontosikuyu, Kabupaten Kepulauan Selayar‎. Lokasi obyek wisata ini berjarak ±10 km dari Kota Benteng.
Jalan-jalan di pantai ini, lumayan membuat kita terasa nyaman guys... Ada pulau-pulau kecil di seberang pantai ini... Lalu, kita juga bisa menikmati keindahan langit di sore hari, saat sunset... Lagipula, tempat ini tidak dipungut biaya loh!!! Kecuali kalau masuk ke resortnya sih... hehehe
Nah, bagi pencinta pantai, ini nih salah satu tempat wisata favorit di Selayar...

SULAWESI SELATAN - KEP. SELAYAR

GONG NEKARA


Nice to meet you again people... Sekarang, saya akan bercerita pengalaman saya mengunjungi tempat kedua, yakni Gong Nekara... Sebelumnya, saya pengen cerita sedikit dulu mengenai Kep. Selayar...
Saya masih terkagum-kagum menginjakkan kaki di Selayar ini... Maklum, baru maen ke sini om... Sudah melakukan perjalanan sendiri, naik fery sendiri, lihat ikan lumba-lumba, apalagi ya? pokoke seru deh... Tapi, ada satu yang sepertinya agak menghambat guys... Yakni, harga barang-barang di Selayar cukup mahal, gileeee...
Harga hotel-hotel di Kep. Selayar itu, katanya di atas harga 100ribu guys... Saya aja pernah ke Palopo dapat 95ribu... Kalau Selayar? ternyata lebih mahal lagi... ckckck
Belum lagi, waktu saya sewa motor di sini, harganya 70ribu per hari... Makanannya, coto Makassar seharga 18ribu... Aduh mamam, pengen pulang aja rasanya... Untung sudah beli tiket pulang...
So, kalau mau ke Selayar, kudu bawa banyak uang... Atau paling tidak, punya uang di rekening kamu deh... hahahaha
Kembali ke laptop!!! Kita bahas gong nekara lagi ya, hehehe... Tapi btw anyway busway, sudah tau belon gong nekara? Ya udah, dijelasin dululah dikit...
Gong nekara adalah gong perunggu buatan kebudayaan Dong Son, yang terdapat di delta Sungai Merah Vietnam Utara. Gong ini diproduksi pada sekitar 600 tahun sebelum masehi atau sebelumnya, sampai abad ketiga Masehi. Dengan menggunakan metode pengecoran logam yang telah hilang (lost wax method)...
Gong Nekara terbesar di Asia Tenggara dan bahkan tertua di dunia adalah gong nekara yang ada di Pulau Selayar. Menurut informasi dari tetua adat dan penduduk Kelurahan Bontobangun (tempat ditemukannya gong nekara), gong tersebut ditemukan secara tidak sengaja oleh seorang penduduk dari Kampung Rea-Rea yang bernama Sabuna pada tahun 1686.
Waaaah, keren ya sejarahnya... Tapi sayang guys, waktu ke sana saya tidak bisa melihat secara langsung... Katanya, kalau mau lihat, harus menghubungi pemegang kuncinya... Soalnya gong ini dijaga ketat guys, jadi harus dikunci donkz... So, menarik kan? Makanya, mumpung gratis euy... ^_~

Kamis, 14 Mei 2015

SULAWESI SELATAN - KEP. SELAYAR

DESA WISATA JAMMENG


Holla, saya akan menceritakan kembali kisah petualanganku menuju ke kabupaten berikutnya... Well, tempat selanjutnya yang sangat ingin saya kunjungi yakni Kabupaten Kepulauan Selayar... Wah, seperti apa keseruannya? Yuk simak ceritaku berikut ini...
Ketika itu saya bertekad untuk melakukan perjalanan ke Selayar sendiri... Saya telah memberitahu kepada Kak Nova, salah satu pegawai di Bagian Biokimia FK Unhas yang juga berasal dari Selayar... Kak Nova pun segera menghubungi keluarganya di Selayar agar saya tak usah menginap di tempat lain... Alhasil, nantinya saya tetap berpetualang sendiri tanpa ditemani siapapun... Wkwkwkwk
Akhirnya saya pun berangkat menuju Selayar dengan menggunakan bis ber-AC... Wow, nyaman skali bisnya... hahaha Hari itu saya memulai perjalanan tepat pada pukul 09.00 WITA... Lalu, bis segera meluncur dari terminal... Di perjalanan saya pun menyaksikan pemandangan yang sudah sering saya lihat, soalnya saya sudah mengunjungi daera-daerah tersebut sebelumnya, seperti Kabupaten Gowa, Takalar, Jeneponto, Bantaeng, hingga Bulukumba... Daaan, sampailah kami di penyeberangan kapal feri Bulukumba-Selayar... Woowww, this is the first time... hahahaha
Lalu, mulailah perjalananku menggunakan kapal fery selama hampir 2,5 jam... Saya pun tetap berada di dalam bis... Tapi nih guys, sebenarnya dilarang loh berada di bis saat fery berangkat, dan saya baru menyadari itu saat pulang dari Selayar... ahahahahaha
Selama perjalanan, baru pertama kalinya saya melihat ikan lumba-lumba berkejar-kejaran di laut... Ahh, indahnya... Dan tak lama kemudian, kami pun sudah sampai... Lalu, bis kemudian mengantarkan kami ke Kota Benteng, ibukota Kab. Selayar...
Sampailah saya di Selayar, lalu menginap di Selayar Beach Hotel... Soalnya, keluarga kak Nova ternyata lagi sibuk ngurus pilkada... Yahhh, langsung gak enakan deh sudah mengganggu... Dan akhirnya, saya pun memulai perjalanan saya esok harinya ke Desa Wisata Jammeng...
Desa Wisata Jammeng merupakan desa yang terletak di Kecamatan Bontosikuyu, Kab. Selayar... Ternyata nih guys, desa ini letaknya jauuuuuuhhh bangetz... Mungkin sekitar 2 jam barulah saya sampai di tempat ini... Jalanan menuju ke sana pun sangat menantang, soalnya jalannya sempit dan naik turunnya tajam... Hiiiii
Sesampai di sana, ternyata penduduknya ramah-ramah... Dan saya pun mengunjungi air terjun yang katanya bagus... Namun, saya tidak sampai ke sumbernya guys, jauh banget, mau sholat Jumat pula...
Selain itu guys, dalam perjalanan pulang, saya juga sempat melihat pemandangan yang sungguh menakjubkan... Inilah pemandangannya...
Wah, seru ya berpetualang ke Kab. Kep. Selayar, so buat kamu yang merasa tertantang nih, yuk let's go aja guys...

Selasa, 12 Mei 2015

SULAWESI SELATAN - PALOPO

MUSEUM  BATARA GURU


Tempat kedua sekaligus terakhir yang saya kunjungi di Kota Palopo adalah Museum Batara Guru... Pertama, saya bingung... Sebenarnya museum ini terletak di mana ya? Ternyata, lokasinya tidak jauh dari Mesjid Jami Tua... Hahahaha
Lokasi museum ini berada di Jl. Andi Jemma, No. 1, Kelurahan Batu Pasi, Kecamatan Wara Utara, Kabupaten Luwu, Palopo...
Museum Batara Guru diresmikan pada tanggal 26 Juli 1971 oleh Bupati Luwu saat itu, Andi Achmad. Beliau adalah salah seorang ahli waris dari Raja Luwu. Tujuan didirikannya museum ini adalah untuk melestarikan warisan budaya Kerajaan Luwu agar dapat diwariskan pada generasi berikutnya. Gedung museum Batara Guru yang didirikan pada tahun 1920 ini merupakan bekas Istana Raja Luwu.
Namun sangat disayangkan ketika saya berkunjung ke sana, museumnya lagi tutup... Maklum, saya berkunjung pada sore hari... Mungkin lebih baik berkunjung pada hari-hari biasa, terutama pagi sampai siang... So, pengen nambah ilmu sejarah kamu? Datanglah ke museum ini... ^o^

Senin, 11 Mei 2015

SULAWESI SELATAN - PALOPO

MESJID JAMI TUA


Selamat berjumpa kembali guys... Kali ini nih, saya akan menceritakan pengalaman saya ketika berkunjung ke Kota Palopo...
Sebenarnya saya penasaran ingin melakukan perjalanan yang panjang menuju kota Palopo... Akhirnya, saya pun memutuskan untuk mengendarai motor dari Makassar menuju ke Palopo... Soalnya, saya penasaran juga sih, Palopo itu seperti itu... Ya sudah, eksekusi!!! hihihi
Hari itu ketika hendak memulai perjalanan, saya bangun sangat pagi.. Agar nantinya saya bisa sampai di sana ketika menjelang sore... Dan, saya pun berangkat pada pukul 07.00 WITA... Bismillah, saya akan memulai perjalanan yang sangat panjang... hmmmm
Selama perjalanan, saya melewati beberapa kabupaten tentunya... Mulai dari Kabupaten Maros, Pangkep, Barru, Pare-pare, Sidrap, Enrekang, Tana Toraja, dan sampai deh di Palopo... Guys, jalan menuju ke Palopo itu sesuatuuuuuu.... hufffttt
Sepanjang perjalanan saya menikmati panorama alam di sekeliling jalan... Ada satu nih yang saya keluhkan selama perjalanan, yakni ketika berada di Kabupaten Barru yang panjangnya ampuuuuunnn banget... hueeee
Tapi, Kabupaten Barru masih mending guys dibandingkan Kabupaten Enrekang... Sudah jalanan ada yang rusak, berkelok-kelok, sempit, dan panjang lagi... huaaaaaa
Tapi Kabupaten Enrekang memiliki keunikan tersendiri, yakni menyuguhkan panorama pegunungan yang menakjubkan... wahhh, indahnya alam!!
Setelah itu, di Kabupaten Toraja, saya harus menghadapi jalan bergelombang dan agak rusak di poros Makale-Rantepao... Huaaaaa, stres banget dapat jalanan kayak gini guys!!! Untungnya, jalan poros Rantepao-Palopo lumayan mulus lah... Dan akhirnya, sampailah saya di gunung Latimojong....
Di jalanan gunung ini, adalah pertama kalinya saya merasakan dingin yang sangat disertai kabut yang menghalangi pandangan mata... Belum lagi nih, tantangan yang harus saya hadapi, yakni harus berhati-hati jikalau terjadi longsor... Wah, semoga Allah melindungi setiap langkahku, amin...
Daaaaannn, alhamdulillah setelah melalui jalan yang panjang ini, saya pun tiba di Palopo pada pukul 15.30 WITA... ckckckck, nekad ya... hahaha
Akhirnyaaaaaa, saya pertama kali menginjakkan kaki di Kota Palopo ini....
Dan, tentunya, ada tempat wisata yang wajib saya kunjungi di sini... Yakni, Mesjid Jami Tua yang dibangun pada tahun 1600-an, mesjid yang terkenal di Palopo... Simak yuk perjalanan religi di Mesjid Jami Kota Palopo....
Masjid Tua Palopo merupakan masjid peninggalan Kerajaan Luwu yang berlokasi di kota Palopo, Sulawesi Selatan. Masjid ini didirikan oleh Raja Luwu yang bernama Datu Payung Luwu XVI Pati Pasaung Toampanangi Sultan Abdullah Matinroe pada tahun 1604 M. Masjid yang memiliki luas 15 m² ini diberi nama Tua, karena usianya yang sudah tua. Sedangkan nama Palopo diambil dari kata dalam bahasa Bugis dan Luwu yang memiliki dua arti, yaitu: pertama, penganan yang terbuat dari campuran nasi ketan dan air gula; kedua, memasukkan pasak dalam lubang tiang bangunan. Kedua makna ini memiliki relasi dengan proses pembangunan Masjid Tua Palopo ini...
Mesjid Tua Palopo berukuran 15 m x 15 m. Bahannya terbuat dari kayu. Bangunan ini memiliki pintu mesjid, tiang tumpang dua sebanyak 4 buah, tiang soko guru 1 buah, mihrab, dan mimbar. Pintu mesjid mempunyai tonjolan seperti sayap pada kedua sisinya. Atapnya berbentuk tumpang terdiri atas 3 susun yang terbuat dari sirap. Tiang utamanya terbuat dari kayu lokal.
Sebagian masyarakat percaya bahwa bagi orang yang datang ke Kota Palopo, belum dikatakan resmi menginjakkan kaki di kota ini apabila belum menyentuh tiang utama Masjid Tua Palopo yang terbuat dari pohon Cinaduri, serta dinding tembok yang menggunakan bahan campuran dari putih telur. Oleh karena itu, masjid ini tidak pernah sepi dari jemaah, khususnya pada bulan Ramadhan, setiap selesai shalat dhuhur hingga menjelang berbuka puasa, biasanya para jamaah tetap tinggal di masjid untuk mengaji, tadarrus Alquran, dan berzikir. Jamaah yang datang bukan hanya warga Kota Palopo, tetapi banyak juga yang datang dari kabupaten tetangga, seperti Luwu, Luwu Utara, Sidrap, dan Wajo.
Masjid Jami Tua Palopo terletak di kota Palopo, salah satu kota yang terdapat di Sulawesi Selatan, Indonesia. Nah, kalau kamu tertarik, kunjungilah salah satu mesjid tertua di Sulawesi Selatan ini!!!

Minggu, 10 Mei 2015

SULAWESI SELATAN - TORAJA UTARA

BORI'


Kabupaten Toraja Utara adalah salah satu destinasi wisata yang saya kunjungi di Sulawesi Selatan... Sebenarnya sudah lama berkeinginan ke Toraja, tapi baru kesampaian bulan Desember 2014... Waktu itu saya diajak oleh Tuching, salah satu teman seperguruan di kampus... Lalu, berdasarkan arahannya, saya lalu menghubungi Opi, sang koordinator tour Toraja... wkwkwk
Sebenarnya tujuan awalnya adalah untuk mengikuti acara Rambu Solo oleh salah satu teman kami dari Toraja, yakni dr. Gustian Rante Tiballa... Ibunya telah meninggal dunia dan akan diadakan pesta kematian pada moment "Lovely December"... Wah, turut berduka cita ya teman...
Sambil berkunjung ke acara Rambu Solo, gak ada salahnya kan skalian jalan-jalan di Toraja... hehehe
Waktu itu saya dan 8 teman yang lainnya, yakni Tuching beserta temannya, Opi, Fandy, Kiko, Kak Fauzan, Deni, dan Nining akhirnya berangkat ke Tana Toraja... Salah satu dari kami pun menghubungi dr. Budhi Karoma, orang Toraja sekaligus teman seperguruan di kampus juga...
Dan, kami pun menginap di salah satu hotel di Toraja Utara, yaitu Toraja Prince Hotel...
Di Toraja Utara ini, kami hanya menginap selama 2 hari 1 malam saja... Pas pulang, kami pun bersiap-siap untuk melakukan tour yang terakhir, salah satunya ke Bori'...
Ini adalah salah satu objek wisata yang menarik dan dapat dikunjungi di Toraja Utara... 
 
Disini, terdapat tempat untuk mengadakan upacara pemakaman yang disebut rante. Terdapat batu menhir atau orang setempat menamainya simbuang batu yang berjumlah sekitar 102 buah dengan ukuran yang bervariasi. Wow!!!
Tak jauh dari kuburan batu, adapula kuburan untuk bayi-bayi...
Hanya bayi yang meninggal sebelum giginya tumbuh dikuburkan di dalam sebuah lubang di pohon Tarra‘. Bayi bayai tersebut dianggap masih suci. Pilihan pohon Tarra‘ sebagai pekuburan karena pohon ini memiliki banyak getah, yang dianggap sebagai pengganti air susu ibu. Dan mereka menganggap seakan akan bayi tersebut dikembalikan ke rahim ibunya. Dan berharap, pengembalian bayi ini ke rahim ibunya akan menyelamatkan bayi-bayi yang lahir kemudian.
Sekitar 100 meter dari menhir, kami melihat sebuah batu besar berbentuk oval yang dilubangi sebagai tempat peletakkan jenazah. Itulah Liang Pa’. Sebuah kompleks kuburan batu di Bori’ Kalimbuang. Amazing!!!
Ckckck... Sungguh perjalanan yang menakjubkan...
Terimakasih kepada teman-teman yang sudah menemani perjalanan kali ini... Seru banget guys jalan-jalan di Toraja!!! Oh ya, thanks berat juga buat om Gusti sebagai tuan rumah, dan om Budhi Karoma yang sudah mengurangi beban biaya penginapan... Wkwkwkwk
Toraja Utara, mantap abissss!!!! ^_~

Senin, 04 Mei 2015

SULAWESI SELATAN - TORAJA UTARA

KE'TE KESU'


Setelah sekian lama, akhirnya saya berhasil juga menginjakkan kaki di salah satu destinasi favorit Toraja Utara, yakni Ke'te Kesu'... Masih bersama teman-teman, yakni Tuching beserta kakak perawat dari Enrekang, Opi, Fandy, Deni, Kiko, Kak Fauzan, dan Nining, kami berpetualang dari penginapan ke beberapa tempat wisata, dan salah satunya menuju Ke'te Kesu'...
Woowwww, ternyata nih guys, perjalanan menuju tempat wisata yang satu ini padat merayap... Bayangkan, jalan beraspal yang tidak terlalu luas, dipenuhi oleh berbagai kendaraan di semua sisi... Maceeeeeeet parah!!!! Maklum, lagi acara 'Lovely December', jadinya banyak wisatawan yang berkunjung ke sini... Kami yang tadinya datang ke tempat ini pukul 3 siang, jadinya harus mengantri dan menunggu sejam lebih untuk menuju Ke'te Kesu'.... Jadi penasaran aja apa yang menarik dari tempat ini... Kamu penasaran juga? Penasaran? Penasaran? Kalau gitu, yuk kita eksplor destinasi favorit ini...
Ke'te Kesu' merupakan satu dari sekian banyak lokasi wisata di Kabupaten Toraja Utara yang cukup menarik minat turis mancanegara maupun domestik. Setiap wisatawan yang ke Toraja, akan menyempatkan diri berkunjung ke objek wisata yang masih menyimpan panorama kepurbakalaan berupa kuburan batu yang diperkirakan berusia sekitar 500 tahun bahkan lebih tua lagi.
Jika ingin menyaksikan perkampungan asli Toraja, datanglah ke Ke'te Kesu'. Berusia lebih dari 400 tahun. Konon, kondisinya tetap seperti 400 tahun lalu. Ke'te Kesu' adalah kompleks tongkonan (rumah tradisional Toraja) yang paling populer dan paling indah di Toraja. Kalau mau berfoto bersama, di sini aja guys!!! Hihihihi
Ke'te Kesu' terletak di kampung Bonoran, Kelurahan Tikunna Malenong, Kecamatan Sanggalangi, Toraja Utara, Sulawesi Selatan, Indonesia. Berada sekitar empat kilometer sebelah selatan kota Rantepao atau 14 kilometer sebelah utara Makale.
 


Sebagai tempat wisata, Ke'te Kesu' cukup lengkap, terutama bagi yang hendak memotret kehidupan komunal tradisional orang Toraja. Ke'te Kesu' adalah sebuah area di mana beberapa tongkonan berdiri berjajar, dilengkapi dengan lumbung padi (alang sura), area upacara pemakaman (rante), dan tempat pertemuan adat. Tak lupa ada perpustakaan yang memperlihatkan berbagai hasil kerajinan serta beberapa benda bersejarah yang menarik untuk dilihat...
 

  

       
Sementara di sekitar kompleks Kete Kesu ada liang (pekuburan tradisional) berupa lubang-lubang pada batu cadas. Ada pula panorama persawahan yang indah menghampar. Dengan itu semua, Ke'te Kesu' adalah sebuah poros di mana masyarakat hidup, menentukan pranata, menjalani kehidupan, dan memenuhi berbagai kebutuhan.

Berbagai souvenir dijajakan penduduk di sekitar kompleks tongkonan itu. Ada nampan, tatakan gelas, gelang, kalung, patung, hiasan dinding, dan lukisan. Semuanya bermotif ukiran Toraja karya tangan mereka. Tatakan gelas dijual Rp 1.000, nampan Rp 20.000 Rp 25.000, sedangkan lukisan yang diukir bisa jutaan rupiah.
       

 
Selain tumpukan tulang-belulang, beberapa kuburan ‘megah’ milik para bangsawan dengan desain yang cukup unik juga dapat dijumpai di tempat ini. Puluhan bahkan ratusan hasil kerajinan tangan dan senjata tajam khas masyarakat Toraja juga dijajakan di sekitar lokasi wisata Ke'te Kesu'.
Wahhhh, jadi pengen kemari lagi... Seruuuu!!! Apalagi bareng sama teman-teman yang kocak dan tidak jaim... So, giliranmu kapan??!! ^_^

SULAWESI SELATAN - TANA TORAJA

LONDA


Wah, seru juga menjelajah di Tana Toraja... Hal-hal yang belum pernah saya lihat, semuanya ada di Toraja... Hal-hal yang unik seperti makam maupun pesta kematian adalah sesuatu yang baru saya dapatkan di sini... Hmmm... Ternyata ada begitu banyak pemakaman unik di daerah ini guys... Setelah Lemo, ternyata ada pula yang dinamakan Londa, yang akan menarik ketertarikan kamu untuk berpetualang di sini... Kalau bisa dibilang, sepertinya saya menghabiskan waktu di Tana Toraja untuk berziarah makam... hihihihi
Pasti kalian belum tahu persis kan Londa itu seperti apa? Berikut ini adalah penjelasan mengenai Londa, akan diuraikan dengan jelas...
Londa adalah salah satu gua makam paling popular sebagai tujuan wisata di Tana Toraja. Objek wisata Londa berada di Desa Sandan Uai, Kecamatan Sanggalangi. Lokasinya kurang lebih 7 kilometer dari selatan Kota Rantepao, pusat pariwisata dan akomodasi bagi wisatawan. Oleh karena itu, Londa mudah dicapai dengan kendaraan umum seperti bemo, ojek, atau pun mobil atau motor sewaan. Dari kejauhan, tampak tebing curam yang dirimbuni hijau pepohonan. Jika mata kamu jeli, mungkin kamu melihat peti jenazah berwarna cerah diselipkan di celah-celah dinding tebing. Di kaki tebing tinggi nan rimbun inilah, tersembunyi sebuah gua alam yang dijadikan makam.
Untuk mencapai lokasi gua makam Londa, kamu harus menuruni sejumlah anak tangga. Pastikan sebelumnya kamu menyewa lentera petromak dari masyarakat lokal seharga Rp30.000,-. Untuk memasuki kawasan gua makam Londa, kamu memang memerlukan lentera sebagai penerang. Kamu dapat membawa sendiri lentera ini atau meminta seseorang (yang juga berperan sebagai guide) untuk membawanya.
Dan, wah!!! Ternyata hal pertama yang saya temui ketika menghampiri gua adalah peti mati dan tongkonan... Wihhh, serrremmmnyaaa... hehehehe
Ketika tiba di dekat gua, kamu mungkin dengan segera menangkap nuansa mistis. Alam yang masih hijau dan liar serta cuaca pegunungan yang dingin akan juga menyambut setibanya di lokasi. Di dinding tebing sekitar gua, kamu akan melihat deretan patung kayu (tau-tau) di tebing batu yang dipahat serupa etalase tanpa kaca bagi patung-patung tersebut. Tau-tau adalah kayu yang dipahat semirip mungkin dengan jenazah yang dikubur di sana. Biasanya kayu yang dipilih adalah kayu nangka yang cenderung berwarna kuning, warna yang paling dekat dengan warna kulit manusia. Beberapa tau-tau dibuat dengan memerhatikan detailnya, garis kerut wajah atau kulit leher yang kendur sebab sudah tua dipahat dengan teliti. Banyak ucapan duka berjejeran di depan gua yang berasal dari orang-orang terdekat si mayit...
Sebelum memasuki gua, tampak tulang-tulang berserakan. Tulang-tulang tersebut berasal dari peti mati yang jatuh dari tebing tempatnya semula digantung atau karena peti mati sudah hancur dimakan usia. Tengkorak dan tulang-tulang ini dapat saja ditempatkan di peti yang baru, hanya saja untuk melakukan hal tersebut harus pula dilaksanakan upacara adat yang sangat mahal, upacara yang mungkin sama saat peti tersebut pertama kali dikuburkan.
Saat kamu menelusuri gua, terdapat lebih banyak lagi tengkorak dan tulang yang berserakan. Di beberapa tempat, tampak pula peti-peti mati yang ditumpuk atau diatur sedemikian rupa. Pengaturan itu disesuaikan dengan garis keturunan atau keluarga. Selain peti mati, terlihat pula pakaian atau rokok yang sengaja ditaruh di sana oleh sanak kerabat jenazah. Kabarnya, kumpulan tengkorak dan tulang belulang yang ada di gua ini sudah berumur puluhan bahkan ratusan tahun.
Kondisi gua yang gelap kemungkinan besar menambah aura mistis gua makam ini. Namun begitu, perjalanan menelusuri gua makam Londa tentulah merupakan sebuah pengalaman yang tak akan kamu dapatkan di tempat lain. Pastikan kamu tidak memindahkan apalagi berniat untuk mengambil tulang, tengkorak, atau benda lain di area makam, sebab inilah salah satu etika yang hendaknya dituruti saat memasuki lokasi makam leluhur masyarakat Toraja.
Nah, mungkin itu adalah uraian mengenai gua alam yang dijadikan pemakaman yang disebut Londa... Kamu merasa tertantang untuk menyelami aroma mistisnya? Yuk ke Toraja, kapan lagi kalau bukan sekarang??? ^_^

Minggu, 03 Mei 2015

SULAWESI SELATAN - TANA TORAJA

LEMO


Wah guys, sejauh ini sudah ada sekitar 84 destinasi wisata yang saya kunjungi di Sulawesi Selatan... Luar biasa, senangnyaaaa.... Alhamdulillah...
Tapi nih guys, belum lengkap rasanya kalau belum ke Kabupaten Tana Toraja.... Faktanya, banyak wisatawan asing yang sering berkunjung ke daerah ini... Bagaimana tidak? Tana Toraja terkenal sebagai daerah yang memiliki tradisi pemakaman terunik di dunia... Woowwww.....
Kalau orang luar negeri sering berkunjung ke sini, kenapa kita mau ketinggalan? No... Pokoknya, apapun caranya, saya harus menjelajah kabupaten ini...
Daaaaan, akhirnya....!!!! Ketika itu bulan Desember 2014, bertepatan dengan acara 'Lovely December' di Kabupaten Tana Toraja, saya pun berencana mengunjungi kabupaten tersebut bersama teman-teman...
Kami ada 8 orang, yakni saya, Tuching, Opi, Fandi, Kiko, Nining, Deni, Kak Fauzan, dan salah satu kakak perawat dari Enrekang yang datang bersama Tuching.... Alhamdulillah, jadi juga ke Toraja, setelah sekian lama berangan-angan... Dan tentunya bersama teman-teman muslim yang insya Allah akan menjadi penuntun untuk makanan halal... Maklum, daerah Tana Toraja adalah daerah dengan mayoritas umat Kristiani... Walaupun begitu, masih ada beberapa temapt makan yang halal di daerah ini... So, buat kamu Muslim Backpacker, gak usah khawatir yow.... ^_~
Tempat pertama yang akan saya bagikan kepada kalian adalah Lemo... Yuk dibahas jo!!!
Objek wisata Lemo yang berlokasi di Tana Toraja terkenal sebagai rumah para arwah. Di tempat ini, kamu dapat melihat jenazah yang disimpan di ruang terbuka tepatnya berada di dinding bukit yang curam. Tempat makam ini merupakan perpaduan antara kematian, seni dan ritual.
Di lokasi ini, juga terdapat patung kayu atau disebut tau – tau yang dipahat dengan sangat detail. Jika anda teliti, akan terlihat postur tangan patung dimana tangan kanan menghadap keatas sementara tangan kiri menghadap ke bawah. Postur tangan ini sendiri memiliki arti khusus yaitu meminta dan memberkati serta mencerminkan posisi antara mereka yang masih hidup dan telah wafat. Mereka yang telah wafat membutuhkan bantuan dari keturunan mereka yang masih hidup. Bantuan yang dimaksud adalah melakukan serangkaian upacara adat agar mereka yang telah wafat dapat mencapai surga. Juga upacara adat ini dimaksudkan agar mereka yang masih hidup mendapatkan berkah hingga turun temurun. 
Di tempat ini, kamu dapat menyusuri lubang-lubang makam yang berada di tebing bukit. Beberapa lubang makam bahkan tidak berpintu sehingga kamu dapat melihat tulang-tulang jenazah. Jika kamu penasaran dan ingin melihat ritual Ma Nene atau mengganti baju jenazah, disarankan untuk mengunjungi daerah ini. Ritual Ma Nene sendiri disimbolkan sebagai penghormatan kepada orang tua.
Tak hanya perjalanan yang penuh misteri yang akan kamu dapatkan, karena di lokasi ini terdapat beberapa rumah Tongkonan yang telah dipenuhi tanaman liar dan lumut. Sekalipun telah termakan usia dan diselimuti tanaman liar, kesan seni yang indah tetap terlihat di bangunan tersebut. Pemandangan sawah saat menyusuri Lemo akan menambah kenikmatan bagi kamu yang rindu akan suasana pedesaan. 
Lokasi Lemo sendiri tidak jauh dari Kota Makale. Untuk menuju ke sana, kamu dapat memanfaatkan jasa bemo atau menyewa kendaraan dengan atau tanpa supir.
Nah, gimana guys? Penasaran kan? Yuk, eksplor Tana Toraja!!!! :D

Jumat, 01 Mei 2015

SULAWESI SELATAN - ENREKANG

SITUS PEMAKAMAN DI TEBING TONTONAN


Assalamu 'alaikum.... Kembali lagi menyapa setelah melanglang buana di dunia nyata... Hahahaha... Sekarang, saya akan bercerita pengalaman sewaktu berkunjung ke salah satu destinasi wisata yang ada di Kabupaten Enrekang, yakni Situs Pemakaman di Tebing Tontonan... Penasaran? Yuk ikuti ceritaku...
Situs pemakaman di tebing tontonan merupakan situs pemakaman (kuburan) yang terletak pada tebing-tebing vertikal dan terletak di tontonan, daerah perbatasan antara Kecamatan Anggeraja dan Kecamatan Baraka.
Wah wah wah, nantang banget ya guys... Sebenarnya hal ini berawal mula dari tradisi masyarakat sekitar pada zaman dahulu... Konon katanya, penduduk kala itu membawa budaya pemakaman seperti yang banyak dilakukan di Tana Toraja... Orang-orang yang sudah meninggal, akan dikuburkan secara unik dan diletakkan di atas tebing-tebing vertikal seperti di atas.... Wah, susahnya masyarakat menaikkan mayat ke tebing itu, padahal zaman dahulu belum ada peralatan memadai yang dapat digunakan seperti sekarang ini, contohnya peralatan untuk memanjat tebing... Hebat ya!!!
Namun seiring dengan perjalanan waktu, tradisi itu pun berakhir dengan masuknya ajaran agama Islam ke daerah ini... Sehingga, kita hanya bisa melihat sisa-sisa peninggalan nenek moyang tersebut di Tebing Tontonan ini...
Namun, saat berkunjung ke sana, tentu saja saya tidak dapat melihat situs pemakaman itu... Soalnya saya sendiri, dan tidak membawa peralatan yang memadai... Hahahaha
Banyak organisasi kepencintaalaman datang kemari untuk melakukan panjat tebing vertikal yang menantang ini, dan sudah banyak yang berhasil melihat beberapa mayat yang telah diawetkan... Bahkan, menurut cerita, sudah ada yang pernah mencapai puncak dari tebing ini... Wahh, menarik ya...
Kamu minat guys? Yuk datang aja ke tempat ini, mumpung masih gratis!!! ^_~