Radi The Eksplorer

Tana Toraja - Lemo

Radi The Explorer

Enrekang - Pemakamanan di Tebing Tontonan

Radi The Explorer

Pinrang - Pemandian Air Panas Lemo Susu

Radi The Explorer

Makassar - Fort Rotterdam

Radi The Explorer

Makassar - Pulau Kodingareng Keke

Kamis, 30 Agustus 2018

GORONTALO - BONE BOLANGO

PANTAI BOTUBARANI


Nah guys, sekarang saya akan mengajak kalian ke pantai anti mainstream... Sampai sampai Bu Menteri Susi juga pernah ke sini loh... Apanya yang anti mainstream ya? Nah, mari ikuti perjalanan saya ke Pantai Botubarani ini... Yuukkks
Wisata pantai ini mendadak terkenal karena ada yang spesial nih guys... Tau gak? Di sini ada jenis spesies ikan Hiu Paus lho... Spesies ikan terbesar itu adalah hiu pemakan plankton. Kebiasaan makannya dengan menyaring air laut seperti jenis paus lainnya. Kemunculan hiu paus di Pantai Botubarani dimulai sejak tiga tahun lalu seiring beroperasinya pabrik udang vaname di Botubarani.
Nah, dia itu ngebuang limbahnya ke laut, jadi hiu paus tertarik dan dateng ke Pantai Botubarani. Limbah itu sendiri menyuburkan plankton yang jadi salah satu makanan hiu paus.
Ada sekitar 18 ekor paus yang muncul selang periode April sampai dengan Agustus tahun 2017. Lokasi di wisata itu juga gampang banget untuk diakses, karena hanya 20-30 meter dari bibir pantai. Kamu enggak usah takut, hiu paus itu jinak kok dan kamu boleh memberi makanan ke dia.
Untuk melihat hiu paus, kamu harus nyewa perahu dengan harga Rp 15.000 per orang. Buat memancing hiu paus keluar permukaan air, setiap perahu dibekali makanannya, satu atau beberapa bungkus kulit udang yang dijual seharga Rp 10.000 per bungkus. Suasana di Botubarani sendiri masih suasana kampung. Keren kan, kapan lagi guys!
Namun, sayangnya waktu saya berkunjung ke sana, hiu paus sudah menghilang guys... Ada yang bilang karena stok makanan mereka sudah habis, ada pula yang bilang kalau mereka diserang sama hiu pemangsa yang juga ingin makan di area tersebut... wah wah wah, sayang sekali ya... Katanya, sekarang hiu-hiu paus tersebut sudah ada di Spanyol sana... Jauh juga ya... hehehehe
Tapi berdoa aja guys, mudah-mudahan suatu saat nanti mereka bisa kembali ke daerah ini, sehingga masyarakat dapat mengobati kerinduan dengan hiu-hiu paus jinak tersebut...

Senin, 27 Agustus 2018

GORONTALO - BONE BOLANGO

TAMAN LAUT OLELE


Selanjutnya perjalanan saya menuju tempat yang istimewa di Gorontalo... Yap, selanjutnya saya akan menyelam di salah satu spot yang terkenal di Gorontalo... Itulah Taman Laut Olele....
Wisata ini diberi nama Taman Laut Olele, berlokasi di Desa Olele, Kecamatan Kabila Bone, Kabupaten Bone Bolango. Cukup memerlukan waktu sekitar tiga puluh menit hingga empat puluh lima menit untuk sampai di taman laut ini. Jaraknya sekitar 20 km dari pusat kota Gorontalo.
Pantai Olele yang berpasir putih sangat dekat dengan permukiman warga. Tapi jarak yang dekat tersebut tidak membuat perairan di sekitarnya tercemar. Airnya masih memiliki visibility yang bagus, terumbu karangnya pun masih padat dan terjaga dengan baik. Ini membuktikan bahwa warga sekitar masih peduli dan mengerti begitu berpotensinya kekayaan yang ada di daerah mereka.
Karang yang warna-warni dengan bentuk yang beragam akan menyambut siapapun yang mencoba menceburkan diri ke perairan Taman Laut Olele. Di kedalaman dua meter, hamparan koral sudah bisa terlihat dengan jelas. Tempat ini sangat cocok untuk bersnorkeling, ditambah lagi perairan disini cukup tenang karena berada di sebuah teluk, yakni Teluk Tomini.
Jika merasa kurang puas dengan bersnorkeling, menyelam adalah pilihan tepat saat anda bekunjung ke taman laut ini. Terdapat banyak spot penyelaman dengan karakteristik yang berbeda antara satu dengan yang lainnya. Spot tersebut adalah Jinn Cave, Traffic Circle, Honeycomb, dan Muck Dive, namun yang menjadi favorit para penyelam adalah Jinn Cave.
Perlu kalian ketahui, di taman laut ini terdapat sponge coral endemik yang tidak dapat ditemukan di perairan manapun. Keberadaannya dicari-cari para penyelam mancanegara. Keunikannya terdapat pada motif koral yang menyerupai lukisan salah satu seniman dari Spanyol yang bernama Salvador Dali. Lukisan tersebut bernama L'enigma del Desiderio. Oleh karena itu sponge coral ini (Petrosia Lignosa) dikenal dengan sebutan Salvador Dali.
Selain itu, bagi para penyelam yang menyukai binatang kecil dan fotografi makro, di taman laut inipun banyak dijumpai berbagai jenis nudibranch dan shrimp yang menggemaskan seperti anemone shrimp, saron shrimp, dan orangutan shrimp. Lestari dan kayanya biota laut yang ada di perairan ini, menjadikan Taman Laut Olele seperti sebuah surga tersembunyi yang belum begitu terjamah.

Rabu, 22 Agustus 2018

GORONTALO - GORONTALO

BENTENG DANAU LIMBOTO OTANAHA


Wah wah wah, indah juga pemandangan di Gorontalo... Sekarang saya mau mengajak kalian untuk melihat-lihat benteng yang paling megah di Gorontalo ini... Penasaran kan? Yuk, sama-sama jelajahi Benteng Danau Limboto Otanaha yang bersejarah ini...
Benteng Otanaha merupakan objek wisata yang terletak di atas bukit di Kelurahan Dembe 1, Kecamatan Kota Barat, Kota Gorontalo. Benteng ini dibangun sekitar tahun 1522. Benteng Otanaha terletak di atas sebuah bukit, dan memiliki 4 buah tempat persinggahan dan 348 buah anak tangga ke puncak sampai ke lokasi benteng. Jumlah anak tangga tidak sama untuk setiap persinggahan. Dari dasar ke tempat persinggahan I terdapat 52 anak tangga, ke persinggahan II terdapat 83 anak tangga, ke persinggahan III terdapat 53 anak tangga, dan ke persinggahan IV memiliki 89 anak tangga. Sementara ke area benteng terdapat 71 anak tangga, sehingga jumlah keseluruhan anak tangga yaitu 348.
Belum ada hasil penelitian sejarah yang pasti mengenai pembangunan Benteng Otanaha. Namun setidaknya hingga saat ini terdapat dua versi cerita yang dipercayai masyarakat Gorontalo.
Menurut sejarah Gorontalo, abad 15 berdiri Kerajaan Pinohu (Pinogu) yang diperintah seorang Raja bernama Wadipalapa berasal dari langit, yang oleh orang Bugis-Makassar dikenal dengan nama "Remmang Ri Langi". Ketika raja ini mangkat, kerajaan Pinohu berubah nama menjadi Tuwawa (Suwawa). Pada tahun 1481 berubah lagi dengan nama kerajaan Bune (Bone). Sekitar tahun 1585, muncul salah seorang keturunan raja yang digelari rakyatnya dengan Wadipalapa II, di tangan Wadipalapa II kemudian muncul gagasan untuk memperluas kerajaan Bune dengan cara damai. Maka diperintahkanlah rakyatnya mencari lahan baru dengan membagi warganya menjadi dua rombongan. Jalur utara dari Suwawa, Wonggaditi terus ke Huntu Lo Bohu dipimpin Hemeto. Sedang jalur selatan mulai dari Potanga, Dembe, terus ke Panipi diserahkan kepada Naha. Jalur Utara yang dinakhodai Naha, akhirnya tiba di Dembe dan menemukan benteng tersebut berada di atas bukit.

Literatur lainnya berbeda dalam menceritakan sosok Naha. Kononnya tokoh ini adalah anak dari Raja Ilato dan Permaisuri Tilangohula yang memerintah Kerajaan Gorontalo pada abad 15. Naha memiliki dua saudara, Ndoba dan Tiliaya. Ketika dirinya remaja, ia memilih merantau negeri seberang. Sampai suatu masa, Ndoba dan Tiliaya memimpin perlawanan mengusir Portugis yang dianggap memperalat mereka dalam mengusir para bajak laut. Padahal, sebelumnya Portugis meminta bantuan dan sepakat dengan pihak kerajaan Gorontalo, setelah pelayaran mereka terganggu oleh cuaca buruk dan bajak laut serta kehabisan makanan. Kesepakatan dengan kerajaan gorontalo adalah guna memperkuat pertahanan dan keamanan negeri, maka dibuatlah 3 benteng di Kelurahan Dembe sekarang. Pertempuran mengusir Portugis, Ndoba dan Tiliaya dibantu oleh angkatan laut yang dipimpin 4 orang, yakni, Apitalao Lakoro, Apitalao Lagona, Apitalao Lakadjo, dan Apitalao Djailani. Sekitar 1585, Akhirnya Naha kembali dan menemukan benteng tersebut, dan kemudian memperisteri seorang perempuan bernama Ohihiya. Dari pasangan lahirlah dua putera, Paha (Pahu) dan Limonu.
Berkeliling di seluruh benteng luas ini sungguh menakjubkan... Selain bangunan-bangunan bersejarah, kita juga dapat menikmati alam pemandangan yang indah seperti Danau Limboto yang terkenal di Gorontalo ini....
Momen liburan dapat digunakan untuk mengunjungi tempat wisata ini... Bagi yang berminat, monggo jalan-jalan ke sini.... Masih banyak loh yang menarik di Gorontalo, ikuti saja perjalananku berikutnya ya!!!

Senin, 20 Agustus 2018

GORONTALO - GORONTALO

MESJID HUNTO SULTAN AMAY


Ok Guys, selanjutnya saya akan mengunjungi tempat wisata religius yang ada di Gorontalo. Salah satunya adalah Mesjid Hunto Sultan Amay... Untuk lebih jelasnya, yuk kita simak uraian dari Wikipedia berikut ini...
Masjid Hunto Sultan Amay adalah masjid tertua di Provinsi Gorontalo. Masjid ini dibangun pada tahun 1495 oleh Sultan Amay, pemimpin Kerajaan Gorontalo yang pertama kali masuk Islam dan diberi nama Masjid Hunto Sultan Amay. Hunto singkatan dari Ilohuntungo berarti basis atau pusat perkumpulan agama Islam kala itu. Lokasi Masjid Hunto Sultan Amay berada di Kelurahan Biawu, Kecamatan Kota Selatan, Kota Gorontalo
Ketika Sultan Amay hendak meminang putri Raja Palasa yang Muslim, ia diberi syarat untuk masuk Islam terlebih dahulu. Untuk lebih memantapkan keislamannya, Sultan Amay membangun sebuah masjid. Masjid ini kemudian dipergunakan sebagai mahar pernikahan antara Sultan Amay dan putri Raja Palasa. Setelah berdiri, masjid ini bukan saja menjadi simbol hadiah pernikahan raja semata. Banyak kegiatan dan aktivitas yang dilakukan oleh masyarakat Gorontalo.
Masjid ini menjadi basis perkembangan agama Islam di Gorontalo. Sultan Amay bahkan mengundang ulama terkemuka dari Arab Saudi bernama Syekh Syarif Abdul Aziz untuk lebih mengembangkan penyebaran Islam di Gorontalo. Masjid yang telah masuk menjadi benda cagar budaya ini telah banyak mengalami perubahan dan renovasi. Namun, beberapa bentuk keasliannya tetap terjaga, diantaranya, bangunan utama masjid yang berukuran 12 x 12 meter yang tetap dipertahankan bentuknya. Sedangkan di bagian depan dan samping dibangun ruangan-ruangan tambahan. Di depannya kini ada ruangan tambahan seluas 60 meter persegi sedangkan di sebelah utara ruang utama juga dibangun ruangan tambahan dengan ukuran 8 x 12 meter.

Wah, luar biasa ya menyimak bagaimana awal mesjid ini dibangun hingga sekarang dapat digunakan oleh seluruh masyarakat Gorontalo dalam beribadah... Semoga orang-orang yang berperan dalam penyebaran Islam ini mendapatkan amal jariyah dan dosa-dosanya diampuni... Amin

Jumat, 08 Juni 2018

GORONTALO - GORONTALO

DANAU LIMBOTO


Nah, tempat berikutnya yang saya kunjungi adalah Danau Limboto yang terletak di Kecamatan Limboto, Kabupaten Gorontalo... Danau ini memiliki kedalaman antara 5 hingga 8 meter, para pengunjung atau wisatawan dapat menikmati berbagai kegiatan, antara lain, memancing, lomba perahu, atau berenang. Selain itu, mereka juga dapat menikmati ikan bakar segar yang disediakan oleh masyarakat nelayan setempat dengan harga yang relatif murah.
Danau Limboto dari tahun ke tahun luas dan tingkat kedalamannya terus berkurang. Luas Danau Limboto pada tahun 1999 berkisar antara 1.900-3.000 ha, dengan kedalaman 2-4 meter (Cabang Dinas Perikanan Kabupaten Gorontalo, 2000). Pada tahun 1932, luas perairan ini mencapai 7.000 ha.
Untuk mencapai Danau Limboto ini, akses yang ada sangatlah mudah dan sudah tersedia banyak. Hanya berjarak 16 kilometer saja dari Bandara Jalaluddin, kita bisa menggunakan jasa taksi atau juga mobil yang bisa disewa dari bandara.

Dengan posisinya yang cukup dekat dari pusat kota Gorontalo, kita bisa menemukan banyak penginapan di Gorontalo. Banyak penginapan yang bisa kita sesuaikan dengan budget perjalanan. Untuk urusan makanan, kita bisa mencoba menikmati sajian ikan bakar yang segar dan ditangkap langsung oleh para nelayan di sekitar danau. So, tunggu apalagi? Yok buruan ke tempat wisata ini...!!!

Minggu, 20 Mei 2018

GORONTALO - GORONTALO

MENARA PAKAYA


Ini adalah pertama kalinya saya mengunjungi Bumi Gorontalo. Sebelumnya, saya sudah menginjakkan kaki di Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah. Selanjutnya, saya berencana menginjakkan kaki di Sulawesi Utara. Nah, back to the topic, ini adalah cerita perjalanan saya mengunjungi Gorontalo...
Tempat pertama yang akan saya ceritakan adalah ketika saya mengunjungi Menara Pakaya. Well, mungkin di luar sana masih banyak yang belum tahu tentang Menara No.1 di Gorontalo ini...
Jadi, menara setinggi 65 meter yang terletak di pusat Kota Limboto ini biasa dikenal sebagai Menara Eiffel-nya Gorontalo karena memang bentuknya yang sedikit mirip dengan Menara Eiffel yang ada di Paris, Perancis. Menara ini dibangun pada tahun 2002 oleh Bupati Gorontalo yang menjabat saat itu, yaitu Ahmad Pakaya. Dari puncak menara yang terdiri dari 5 lantai ini kita bisa menikmati pemandangan ke arah Kota Limboto maupun Danau Limboto.
Kesan pertama ketika saya memasuki Menara Pakaya ini, yakni berasa sepi. Kok bisa ya? Saya sudah membaca artikel tentang menara ini di internet yang pengunjungnya selalu membludak hampir tiap hari, tapi kenyataannya berbeda dengan sekarang. Ternyata, ada cerita dibalik itu semua kawan. Dan, saya hanya akan menceritakan realitanya di Blog saya ini.
Jadi, pada awal pembangunan menara ini, warga cukup antusias untuk mengunjungi tempat wisata ini. Hampir setiap hari orang berkunjung ke tempat ini. Mungkin jika dihitung-hitung, tiap hari hampir ratusan yang berkunjung ke sini. Yang namanya bangunan baru, pasti akan sangat menarik bagi masyarakat pada umumnya...

Semuanya berubah ketika ada satu kasus yang terjadi di Menara Pakaya ini. Tahukah kamu apa? Ya, kasus bunuh diri. Ceritanya, ada seorang pria yang mempunyai pacar di Gorontalo ini. Kemudian, pria tersebut merantau di Jakarta untuk menimba ilmu. Sekembalinya ke Gorontalo pas lagi liburan, ternyata pacarnya sudah punya gandengan yang lain (saya juga hanya mendengar ceritanya dari masyarakat sih). Alhasil, kecewalah sang pria ini terhadap pacarnya yang tidak setia itu.
Akhirnya, pria tersebut memutuskan untuk mendatangi Menara Pakaya sendirian. Penjaga menara juga dari awal sudah menaruh curiga terhadap pria tersebut. Hingga pada ketinggian sekitar 70 meter, maka melompatlah pria tersebut dari atas Menara hingga jatuh ke bawah mengenai aspal.
Pada akhirnya, mayat pemuda yang jatuh tersebut berada di sekitar penjual makanan dan minuman yang ada di menara tersebut. Darah tercecer ke mana-mana, hingga isi otak sang pelaku bunuh diri mengenai gerobak-gerobak sang penjual makanan dan minuman. Warga pun berlarian kesana kemari untuk menyelamatkan diri dan merasa ketakutan. Akhirnya, TKP pun ditutup hingga waktu yang telah ditentukan. Itulah sebabnya mengapa tempat wisata yang satu ini sudah tidak terlalu diminati lagi oleh masyarakat seperti pada awal pembangunannya. Warga sekitar menjadi trauma akibat kejadian itu.
Karena penasaran dengan menara tersebut, saya tidak mau ketinggalan untuk mengunjunginya. Walaupun sekarang sudah sangat sepi wisatawan, namun walau begitu Menara Pakaya tetap menjadi kebanggaan masyarakat Gorontalo dan pernah menjadi tempat wisata yang terkenal di Indonesia.