MENARA PAKAYA
Ini adalah pertama kalinya saya mengunjungi Bumi Gorontalo. Sebelumnya, saya sudah menginjakkan kaki di Sulawesi Barat, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Tengah. Selanjutnya, saya berencana menginjakkan kaki di Sulawesi Utara. Nah, back to the topic, ini adalah cerita perjalanan saya mengunjungi Gorontalo...
Tempat pertama yang akan saya ceritakan adalah ketika saya mengunjungi Menara Pakaya. Well, mungkin di luar sana masih banyak yang belum tahu tentang Menara No.1 di Gorontalo ini...
Jadi, menara setinggi 65 meter yang terletak di pusat Kota Limboto ini biasa dikenal sebagai Menara Eiffel-nya Gorontalo karena memang bentuknya yang sedikit mirip dengan Menara Eiffel yang ada di Paris, Perancis. Menara ini dibangun pada tahun 2002 oleh Bupati Gorontalo yang menjabat saat itu, yaitu Ahmad Pakaya. Dari puncak menara yang terdiri dari 5 lantai ini kita bisa menikmati pemandangan ke arah Kota Limboto maupun Danau Limboto.
Kesan pertama ketika saya memasuki Menara Pakaya ini, yakni berasa sepi. Kok bisa ya? Saya sudah membaca artikel tentang menara ini di internet yang pengunjungnya selalu membludak hampir tiap hari, tapi kenyataannya berbeda dengan sekarang. Ternyata, ada cerita dibalik itu semua kawan. Dan, saya hanya akan menceritakan realitanya di Blog saya ini.
Jadi, pada awal pembangunan menara ini, warga cukup antusias untuk mengunjungi tempat wisata ini. Hampir setiap hari orang berkunjung ke tempat ini. Mungkin jika dihitung-hitung, tiap hari hampir ratusan yang berkunjung ke sini. Yang namanya bangunan baru, pasti akan sangat menarik bagi masyarakat pada umumnya...
Semuanya berubah ketika ada satu kasus yang terjadi di Menara Pakaya ini. Tahukah kamu apa? Ya, kasus bunuh diri. Ceritanya, ada seorang pria yang mempunyai pacar di Gorontalo ini. Kemudian, pria tersebut merantau di Jakarta untuk menimba ilmu. Sekembalinya ke Gorontalo pas lagi liburan, ternyata pacarnya sudah punya gandengan yang lain (saya juga hanya mendengar ceritanya dari masyarakat sih). Alhasil, kecewalah sang pria ini terhadap pacarnya yang tidak setia itu.
Akhirnya, pria tersebut memutuskan untuk mendatangi Menara Pakaya sendirian. Penjaga menara juga dari awal sudah menaruh curiga terhadap pria tersebut. Hingga pada ketinggian sekitar 70 meter, maka melompatlah pria tersebut dari atas Menara hingga jatuh ke bawah mengenai aspal.
Pada akhirnya, mayat pemuda yang jatuh tersebut berada di sekitar penjual makanan dan minuman yang ada di menara tersebut. Darah tercecer ke mana-mana, hingga isi otak sang pelaku bunuh diri mengenai gerobak-gerobak sang penjual makanan dan minuman. Warga pun berlarian kesana kemari untuk menyelamatkan diri dan merasa ketakutan. Akhirnya, TKP pun ditutup hingga waktu yang telah ditentukan. Itulah sebabnya mengapa tempat wisata yang satu ini sudah tidak terlalu diminati lagi oleh masyarakat seperti pada awal pembangunannya. Warga sekitar menjadi trauma akibat kejadian itu.
Jadi, menara setinggi 65 meter yang terletak di pusat Kota Limboto ini biasa dikenal sebagai Menara Eiffel-nya Gorontalo karena memang bentuknya yang sedikit mirip dengan Menara Eiffel yang ada di Paris, Perancis. Menara ini dibangun pada tahun 2002 oleh Bupati Gorontalo yang menjabat saat itu, yaitu Ahmad Pakaya. Dari puncak menara yang terdiri dari 5 lantai ini kita bisa menikmati pemandangan ke arah Kota Limboto maupun Danau Limboto.
Kesan pertama ketika saya memasuki Menara Pakaya ini, yakni berasa sepi. Kok bisa ya? Saya sudah membaca artikel tentang menara ini di internet yang pengunjungnya selalu membludak hampir tiap hari, tapi kenyataannya berbeda dengan sekarang. Ternyata, ada cerita dibalik itu semua kawan. Dan, saya hanya akan menceritakan realitanya di Blog saya ini.
Jadi, pada awal pembangunan menara ini, warga cukup antusias untuk mengunjungi tempat wisata ini. Hampir setiap hari orang berkunjung ke tempat ini. Mungkin jika dihitung-hitung, tiap hari hampir ratusan yang berkunjung ke sini. Yang namanya bangunan baru, pasti akan sangat menarik bagi masyarakat pada umumnya...
Semuanya berubah ketika ada satu kasus yang terjadi di Menara Pakaya ini. Tahukah kamu apa? Ya, kasus bunuh diri. Ceritanya, ada seorang pria yang mempunyai pacar di Gorontalo ini. Kemudian, pria tersebut merantau di Jakarta untuk menimba ilmu. Sekembalinya ke Gorontalo pas lagi liburan, ternyata pacarnya sudah punya gandengan yang lain (saya juga hanya mendengar ceritanya dari masyarakat sih). Alhasil, kecewalah sang pria ini terhadap pacarnya yang tidak setia itu.
Akhirnya, pria tersebut memutuskan untuk mendatangi Menara Pakaya sendirian. Penjaga menara juga dari awal sudah menaruh curiga terhadap pria tersebut. Hingga pada ketinggian sekitar 70 meter, maka melompatlah pria tersebut dari atas Menara hingga jatuh ke bawah mengenai aspal.
Pada akhirnya, mayat pemuda yang jatuh tersebut berada di sekitar penjual makanan dan minuman yang ada di menara tersebut. Darah tercecer ke mana-mana, hingga isi otak sang pelaku bunuh diri mengenai gerobak-gerobak sang penjual makanan dan minuman. Warga pun berlarian kesana kemari untuk menyelamatkan diri dan merasa ketakutan. Akhirnya, TKP pun ditutup hingga waktu yang telah ditentukan. Itulah sebabnya mengapa tempat wisata yang satu ini sudah tidak terlalu diminati lagi oleh masyarakat seperti pada awal pembangunannya. Warga sekitar menjadi trauma akibat kejadian itu.
Karena penasaran dengan menara tersebut, saya tidak mau ketinggalan untuk mengunjunginya. Walaupun sekarang sudah sangat sepi wisatawan, namun walau begitu Menara Pakaya tetap menjadi kebanggaan masyarakat Gorontalo dan pernah menjadi tempat wisata yang terkenal di Indonesia.
0 komentar:
Posting Komentar